Suatu saat saya mendengar sebuah cerita bahwa ada suatu proyek, proyek tersebut dikerjakan oleh kontraktor BUMN, dalam hitung-hitungan awal sudah diprediksi bahwa kontraktor tersebut mendapatkan keuntungan lebih dari 10 Milyar, namun pada kenyataannya kontraktor tersebut merugi hingga 4 Milyar, lalu kemanakah uang 14 Milyar tersebut?
Luar biasa, duit 14 Milyar itu gak bakal muat di tas ransel dengan pecahan Rp. 100.000, tapi kok bisa hilang?
Pimpinan proyek pun geleng-geleng kepala, padahal seharusnya proyek tidak akan terjadi seperti ini, akhirnya dicari penyebabnya, dihitung-hitung, ditelusur, diselidiki, ternyata karyawannya secara bersama-sama (berjama’ah) telah merampok proyek tersebut secara sedikit demi sedikit hingga akhirnya proyek kehilangan 14 Milyar.
Itu baru satu cerita dan ternyata banyak cerita lainnya sejenis, ya kalau enggak Pimpinannya yang ngerampok, ya karyawannya, ya yang sering kedua-duanya. Luar biasa.
Sampai ada pendapat “. Jangan ngomongin agama kalo masih di kontraktor”. Waduh ini mesti ada yang salah sama pendapat tersebut. Karena biar bagaimana pun tetap masih banyak orang maupun kontraktor secara umum yang masih lurus namun memang lebih banyak yang bengkok.
Bukankah salah satu Pedagang buah kalau menjual buah yang busuk tidak bisa kita katakan bahwa semua Pedagang buah adalah penipu. Nah analogi tersebut juga harusnya tersemat pada kontraktor. Kontraktor juga merupakan pekerjaan mulia, siapa yang akan membangun bangsa dan Negara ini kalau tidak ada para pejuang Kontraktor yang siang malam rela bekerja, sabtu minggu rela meninggalkan keluarga, tidak ada hari libur demi mendapatkan hasil yang sempurna, baik dari segi Biaya, Mutu dan Waktu.
Nah sementara disatu sisi, kita seringkali menghujat Koruptor, menghujat para Anggota DPR, Menghujat para Pemimpin Bangsa ini tapi sampai lupa diri kita sendiri apakah sudah baik atau belum. Memangnya bila kita diposisi mereka, ada Uang 14 Milyar ditangan kita masih bisa idealis, kita masih bisa menolak? Jangankan uang sebesar itu ada uang Rp 1000 tergeletak dijalan saja disikat. Atau contoh yang paling konkret, kita masih suka mencontek, malas datang tepat waktu, suka sikut sana sini, suka jadi penjilat, padahal Api besar selalu berawal dari setitik bara kecil, nah loh… jangan-jangan kita sendiri juga sering menjadi perampok?
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607.)
udah menang belum mas? hehehe
ReplyDelete