Inovasi Pelat Precast Pada Rehabilitasi Jembatan Rangka Baja

Indonesia adalah Negara yang memiliki pulau-pulau terbanyak di dunia. Di dalam pulau-pulau tersebut mengalir sungai-sungai yang membelah wilayah menjadi dua bagian atau lebih. Infrastruktur jembatan menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan tersebut, oleh karenanya, Jembatan menjadi salah satu infrastruktur penting dalam menghidupkan roda perekonomian Masyarakat Indonesia. Apabila ada satu saja Jembatan yang rusak berat atau kritis maka terputus pula akses masyarakat terhadap daerah luar sehingga roda ekonomi, pemerintahan, sampai sosial bisa terhambat.

Saat ini, tak heran bila Indonesia memiliki hampir 90.000 buah Jembatan. Dari jumlah tersebut ada sekitar 16.587 buah jembatan yang berstatus Nasional, dimana 10%-nya adalah Jembatan bertipe Rangka Baja. Jembatan Nasional terdapat kondisi tidak mantap (Rusak Berat dan Kritis) lebih dari 11% maka Rehabilitasi menjadi hal yang sangat krusial dalam upaya mengembalikan fungsi jembatan kembali menjadi Mantap. Salah satunya adalah Rehabilitasi Jembatan Dinambunan yang berlokasi di Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

Jembatan Dinambunan merupakan Jembatan Rangka Baja sepanjang 35 meter yang perlu direhabilitasi pada bangunan atas yakni lantai jembatan. Disamping jembatan yang memang sudah berumur, ditambah lagi dengan beban yang cukup berat karena dilalui kendaraan bermuatan pasir, batu dan aspal, hingga Jembatan Dinambunan telah dua kali diperbaiki pada bagian lantainya yang terjadi kerontokan lokal. Oleh karenanya pada Tahun 2015 silam Jembatan Dinambunan dilaksanakan pergantian lantai secara menyeluruh agar kondisi Jembatan dapat dikembalikan menjadi Mantap.

Pelat Precast Beton Double T

Perencanaan awal, Rehabilitasi lantai Jembatan menggunakan beton konvensional, dengan pembongkaran total seluruh lantai jembatan, pembesian lantai, dan pengecoran beton segar untuk membentuk kembali bangunan lantai. Metode beton konvensional mengharuskan dibuat terlebih dahulu Jembatan darurat sistem Bailey untuk mengantisipasi arus lalu lintas. Inilah yang menjadikan Metode Konvensional membutuhkan waktu paling sedikit 5 (lima) bulan dalam penyelesaiannya. Dalam pelaksanaan Mutual Cek Awal ditemukan masalah baru, yakni lahan yang disiapkan untuk pekerjaan Jembatan darurat ternyata belum bebas. Hasil penelusuran ditemukan bahwa lahan tersebut dijadikan Kolam Ikan dan Toko Kelontong oleh warga. Hal ini menjadikan waktu pelaksanaan menjadi semakin tidak menentu karena pembebasan lahan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, bahkan seringkali menjadi penghambat pelaksanaan suatu proyek hingga masa pelaksanaan selelsai. Maka diputuskan harus dicari alternatif metode agar pelaksanaan tidak terhambat lahan karena waktu pelaksanaan semakin menipis.

Dari Pembahasan bersama ketiga pihak (Kontraktor, Konsultan dan Owner) dimunculkan 2 (dua) alternatif solusi, yakni menggunakan Pelat Baja orthotropik dan Pelat Precast Double T. Setelah menimbang dengan matang, akhirnya kami memutuskan untuk memakai teknologi Pelat Precast Double T karena pabrikasi/produksi Precast Beton Double T lebih cepat ketimbang Pelat Baja orthotropik. Meskipun teknologi ini masih terbilang baru dalam penerapannya di Indonesia, namun beberapa supplier Precast Nasional sudah menyediakan produk ini.

Pelaksanaan Pemasangan Pelat Precast

Pelaksanaan penggantian Pelat Jembatan menggunakan Pelat Precast Double T berjalan dengan lancar. Salah satu sisi/lajur jembatan dibongkar untuk kemudian dipasang Pelat Precast, sementara arus kendaraan meskipun lalu lintas ditutup satu lajur, tetap bisa berjalan dengan sistem buka tutup. Tahapan pelaksanaan penggantian Pelat Jembatan menggunakan Pelat Precast Double T sebagai berikut:
  1. Pemesanan Plat Precast ke supplier;
  2. Pengiriman Plat Precast dari supplier ke Lokasi Pekerjaan;
  3. Pengalihan Arus Lalulintas 1 lajur;
  4. Pembongkaran setengah bentang Plat Jembatan eksisting (1);
  5. Pemasangan Plat Precast setengah bentang (1);
  6. Menunggu Umur Beton Grouting (7 hari);
  7. Pengalihan Arus lalulintas ke Plat Precast yang sudah mencapai umur;
  8. Pembongkaran setengah bentang Plat Jembatan eksisting (2);
  9. Pemasangan Plat Precast setengah bentang lainnya (2);
  10. Pekerjaan Pengaspalan;
  11. Selesai.
Jembatan Dinambunan

Waktu Pelaksanaan ternyata bisa ditekan hingga 40%, dari semula 5 (lima) bulan menjadi hanya 3 (tiga) bulan, dengan schedule pelaksanaan sebagai berikut:
  • Mobilisasi : 0,25 bulan
  • Pembongkaran Jembatan : 0,5 bulan
  • Penyediaan dan Pemasangan Plat : 2 bulan
  • Aspal : 0,25 bulan
  • Total waktu yang dibutuhkan : 3 bulan
Disamping penghematan waktu pelaksanaan yang signifikan, Penggunaan Pelat Precast Double T memiliki keuntungan lain yakni, mutu pekerjaan beton terjaga, dan tidak diperlukan jembatan darurat sehingga dapat menekan anggaran.

Kesimpulannya, metode Pelat Precast Double T merupakan inovasi yang sangat baik dan perlu diterapkan pada pekerjaan rehabilitasi lantai Jembatan Rangka baja di seluruh Indonesia, terutama pekerjaan kritis yang membutuhkan waktu pelaksanaan singkat dengan penggunaan anggaran lebih murah dibanding dengan metode beton konvensional.


Sumber pustaka:
1. Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc dan Firta Sukmana, ST, Jembatan Indonesia: Sekarang dan Mendatang. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PU
2. Anonim, Perencanaan dan Pemrograman Jembatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PU

Related Posts:

1 Response to "Inovasi Pelat Precast Pada Rehabilitasi Jembatan Rangka Baja"

Silahkan berkomentar dengan sopan

Bila tidak memiliki ID blogger bisa menggunakan Name/URL lalu masukkan Nama dan URL facebook/twitter anda. hindari menggunakan Anonim, Terima kasih.