Idul Adha V.S Vegetarian

Menyongsong hari raya umat islam, Hari raya idul Adha, saatnya umat muslim bergembira, baik yang kaya maupun yang kurang beruntung semua mendapat keberkahan dari Alloh SWT. Bagi yang berkecukupan dan mampu berqurban maka hewan qurbannya menjadi rasa syukurnya kepada Alloh atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sementara itu bagi yang kurang beruntung, fakir, miskin, kaum dhuafa, dan anak-anak yang terlantar dapat menikmati daging hasil qurban yang jarang bisa didapatkan di hari-hari biasanya.

Disaat-saat suasana yang penuh kegembiraan ini hati saya tergelitik oleh salah satu acara di televisi swasta yang sedang memberitakan tentang Vegetarian, dari mulai manfaatnya, komunitasnya sampai rumah makan yang menjual khusus vegetarian.

Pada prinsipnya vegetarian adalah sebutan bagi orang yang hanya makan sayur-mayur, buah dan atau yang dihasilkan dari tumbuhan, dengan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan seperti daging dan unggas, namun masih mungkin pada beberapa vegetarian yang mengonsumsi makanan laut seperti ikan, atau produk olahan hewan seperti telur, keju, atau susu.

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. An Nahl : 66)

Dalam Firman-Nya Alloh SWT telah menjelaskan bahwa Binatang Ternak (Sapi, Domba, Kambing, Ayam, dll.) itu Halal dimakan baik Dagingnya maupun susunya.

Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-An’am :142)


Dilihat dari penyebabnya, ada beberapa jenis vegetarian:

Vegetarian karena Penyakit.

Orang lanjut usia atau orang yang memiliki penyakit tertentu kadang dianjurkan oleh dokter untuk menghindari makanan-makanan hewani yang mengandung banyak kolesterol tinggi atau bisa juga tubuhnya alergi terhadap makanan berprotein hewani. Bila keadaan yang mendesak seperti ini maka boleh saja menghindari makanan hewani karena sebab darurat.

Vegetarian karena Trauma.

Ada sebagian orang yang memiliki trauma terhadap makanan hewani, trauma yang didapat waktu kecil berdampak sampai anak tersebut menjadi dewasa. Contoh trauma masa kecil yaitu ketika memakan ikan, duri yang ada masih menyangkut di tenggorokan dan menimbulkan rasa sakit, di kasus lain terkadang bau amis pada daging juga bisa menimbulkan trauma. Bila dipaksakan memakan makanan hewani yang tidak disukai maka bisa terjadi mual-mual dan muntah.

Jadi vegetarian ini tidak senang akibat trauma terhadap daging tetapi dia tetap meyakini kalau makanan itu adalah halal baginya dan pada dasarnya dia boleh memakannya. Maka ini pun boleh sesuai dengan sabda Nabi Muhammad tentang kadal padang pasir:

Saya tidak memakannya tapi tidak mengharamkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 5110 dari Ibnu Umar)

Vegetarian karena gaya hidup

Saat ini sering terdengar di masyarakat gaya hidup vegetarian, baik di media cetak, elektronik maupun dunia maya sering memperbincangkan gaya hidup ini. Berbagai acara tv sering dibahas masalah ini. Alasan utamanya adalah untuk kesehatan dan disinyalir daging (makanan hewani) merupakan penyebab banyak penyakit serius pada manusia sehingga perlu di hindari bahkan tidak dikonsumsi sama sekali. Sampai dibuatlah rumah makan yang menjual serba vegetarian bahkan ada juga yang menunya tetap daging tapi bukan sembarang daging, daging yang diolah dari kedelai atau yang semacamnya sehingga rasa maupun tekstur seperti daging. 


Hasilnya bukan tidak sedikit yang ikut-ikutan menjadi vegetarian dan mengkampayekan hidup sehat tanpa daging, padahal jelas-jelas Alloh SWT telah menghalalkan daging seperti pada firman-Nya yang telah disebutkan diatas.

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengharamkan hal-hal baik yang Allah telah halalkan untuk kalian.” (QS. Al-Maidah : 87)

dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am :140)

Katakanlah: ‘Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini.’ Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa hafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Rabb mereka.” (QS. Al-An’am 6:150)

Kesimpulannya adalah Kita sebagai umat muslim hendaknya bergembira dengan datangnya Hari Raya Idul Adha dengan cara bertakbir dan bagi yang berkecukupan/mampu selayaknya berqurban. Apa-apa yang telah dihalalkan oleh Alloh SWT sudah seharusnya kita halalkan dan kita makan. Karena dibalik setiap apa yang dilarang oleh Alloh SWT pasti ada keburukannya dan setiap apa yang diperintah oleh Alloh SWT pasti ada kebaikan pula. Yang penting tidak berlebih-lebihan dalam makan karena justru hal itulah yang membuat penyakit didalam tubuh.

Tidak ada kantung yang lebih buruk yang diisi oleh bani Adam selain perutnya sendiri. Cukuplah baginya beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafasI.” (HR Tirmidzi [2380]).

Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.....Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil hamd.

Related Posts:

12 Responses to "Idul Adha V.S Vegetarian"

  1. Banyak Sufi (golongan Muslim esoterik) mempertahankan bahwa vegetarisme sepenuhnya sesuai dengan prinsip dan doktrin Islam. Sufi Qadiri shaikh Abdul Karim Jili, memberi komentar atas nasihat Ibn Arabi untuk menghindari lemak binatang selama retret, dengan menyatakan bahwa “lemak binatang memperkuat sifat kebinatangan, dan hakikatnya akan mendominasi hakikat spiritual.” Pada suatu ketika Rasul Allah berkata kepada keponakan-Nya, ‘Ali, Oh Ali, kamu semestinya tidak memakan daging. Jika kamu memakan daging selama 40 hari, maka kualitas itu akan masuk ke dalam dirimu. Karena itu, kualitas kemanusiaanmu akan berubah, kualitas welas asihmu akan berubah, dan inti sari tubuhmu juga berubah.’

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Anonymous pengikut Sufi? atau sufi yang mana nih? hehehe, sepertinya Dalil yang dikemukakan diatas SANGAT JELAS, monggo kalo memang mas belum mendapat hidayah ya monggo saja...

      Delete
    2. mas anonymous...saya ingin mengenal lebih jauh tentang anda.mungkin kita bisa sharing.

      Delete
  2. Jangan sampai setelah roh kita meninggalkan badan kasar yg sementara ini baru kita menyesal tidak menjadi seorang Vegetarian selama masih hidup...dg doa yg khusuk pasti Tuhan akan menunjukkan kebenaran yg sejati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, mas muslim bukan? untuk mu agama mu, untuk ku Agama ku... sesimpel itu... tapi mudah-mudahan mas "Penemu Kebenaran" benar-benar menemukan KEBENARAN, jangan sampai ketika ditanya oleh malaikat di alam kubur: Man Robbuka (Siapa Tuhan mu?), mas "Penemu Kebenaran" tidak mampu menjawab...

      Delete
    2. Agama saya tidak begitu penting, yg penting percaya pada Tuhan. Justru kita semakin terkotak-kotak dengan adanya agama. Ada agama yang mengatakan ada reinkarnasi, ada yg mengartikan tidak ada. Ada agama yg menyuruh vegetarian ada yg bilang tidak perlu. Jaman dulu tidak ada agama. Yg jelas hanya ada 1 Tuhan berarti hanya ada 1 jalan untuk pulang kepada Beliau. Jalan itulah yg harus dicari dan untungnya telah saya temukan. Salam...

      Delete
    3. oh begitu... ya sudah, monggo mas... semoga "Selamat" sampai "Tujuan"...
      hehehe...

      Delete
    4. Terima kasih atas doanya. Saya doakan semoga Mas Ali yang baik...1 saat nanti entah kapan menemukan KEBENARAN ini juga. Yg jelas saya baru dapat buku yg mengungkap bahwa Yesus juga vegetarian. Kurang tahu kalau dengan Nabi Muhammad...Mas Ali lebih tahu tentunya.

      Delete
    5. Sama-sama mas Penemu Kebenaran...

      Delete
  3. Tetep menghalalkan, tetep jika menolak memakan dgn alasan mengasihi mahluk sesama penduduk bumi? Kan semua tindakan dikembalikan ke niat.Nabi saw. diriwayatkan pernah bersabda, “Jangan jadikan perut-perut kamu sebagai kuburan binatang-binatang.” mari kita sama2 belajar agar tidak sempit

    ReplyDelete
  4. Gini lho ya mas, tidak ada yang salah dari memakan daging ataupun dari vegetarian/vegan itu sendiri. Sekarang coba deh mas lihat ya, itu mereka cara penyembelihan gimana? perawatannya gimana? Udah layak gak? Bener pas Idul Adha mereka disembelih dengan menyebut nama Allah. Tapi apakah perawatannya sudah benar? Yang aku liat menjelang Idul Adha adalah penyiksaan, penyiksaan dan penyiksaan. Kambing/Sapi dibawa dengan cara yang tidak layak, digendong di sepeda motor, diikat terlalu kencang sampai tidak bisa duduk, dijemur sampai kepanasan atau kehujanan karena tidak diberi tenda, tidak diberi minum juga ada. Nah sekarang pas menjelang proses penyembelihan. Bukankah seharusnya mereka tidak ditempatkan di dekat tempat penyembelihan supaya sapi/kambing tsb tidak ketakutan? Tapi nyatanya, penyembelihan tetap dilakukan di depan sapi/kambing. Alhasil, banyak media yang memberitakan kasus dimana sapi/kambing berontak dan lari karena ketakutan. Apa Islam seperti itu?

    Sekarang lanjut ke makanannya, Rasul TIDAK PERNAH makan daging tiap hari, benar Rasul makan daging tapi dalam batas wajar dan tidak tiap hari seperti jaman sekarang. Daging lebih ke makanan rekreasional, dimakan tiap sebulan sekali atau bahkan 2 bulan sekali karena Rasul menganggap bahwa daging itu memiliki sifat adiktif, membuat orang ketagihan. Untuk susu juga minumnya susu kambing, bukan susu sapi. Kalo kamu tau juga proses mendapatkan susu sapi, kamu harusnya bisa ngebayangin kalo ibumu dipaksa hamil dan setelah melahirkan anaknya dibuang dan dibunuh. Gimana rasanya? Kalo masih ga ngerasa bersalah artinya emang udah gila.

    Kesimpulan, ga apa-apa makan daging tapi pastikan perawatannya dan proses penyembelihannya tepat, ga bar-bar kayak orang jaman sekarang. Dan juga makannya harus sebulan-dua bulan sekali, jangan makan tiap hari atau tiap minggu. Jadi vegetarian pun juga ga ada masalah kok, toh ya mereka engga mendukung penyiksaan sesama makhluk hidup kan.

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar dengan sopan

Bila tidak memiliki ID blogger bisa menggunakan Name/URL lalu masukkan Nama dan URL facebook/twitter anda. hindari menggunakan Anonim, Terima kasih.