Mahasiswa adalah sekelompok orang yang melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, tergabung dalam civitas akademika kampus berbarengan dengan para dosen dan karyawan. Mereka terkenal sebagai kaum intelektual, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan adat keilmiahan. Di perguruan tinggi itulah, mereka selalu berkutat dengan belajar dan berkarya. Harapannya karya-karya mereka dapat turut memberikan sumbangsih untuk kemajuan bangsa tercinta ini.
Salah satu pendukung aktivitas pembelajaran para mahasiswa adalah ketersediaan berbagai sarana dan prasarana belajar misalnya laboratorium dan buku-buku kuliah. Di laboratorium mereka berkutat dengan eksperimen, tetapi lewat buku-bukulah mereka memperoleh berbagai macam teori sebagai dasar karya-karya mereka. Keduanya bersinergiskan untuk menunjang tuntutan bahwa mahasiswa harus menghasilkan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Namun demikian, ketersediaan buku-buku tersebut belum memenuhi kebutuhan. Perpustakaan kampus hanya mempunyai sebagian dari buku-buku yang diperlukan oleh para mahasiswa, itu pun dalam jumlah yang sangat terbatas. Akibatnya, mahasiswa kesulitan menemukan bahan referensi untuk menunjang kegiatan pembelajaran mereka.
Mahasiswa juga mengalami kesulitan untuk memiliki buku-buku kuliah secara pribadi. Hal itu terkendala pada pendanaan. Dengan uang saku yang pas-pasan, para mahasiswa dihadapkan pada kebutuhan untuk membeli buku-buku kuliah yang harganya semakin melambung tinggi. Bayangkan, satu buku harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah!
Oleh karena itulah, para mahasiswa akhirnya mengopi buku-buku tersebut demi memenuhi kebutuhan mereka tanpa mengeluarkan banyak uang. Mereka tidak mengindahkan peringatan dari penerbit yang melarang pihak mana pun memperbanyak ataupun memfotokopi sebagian atau keseluruhan isi buku tersebut. Tampaknya hal itu telah menjadi kebiasaan mahasiswa di manapun juga. Para dosen pun hanya bisa memaklumi. Para penulis dan penerbit tidak bisa berbuat banyak ketika hak ciptanya dilanggar.
Di lain pihak, buku-buku kuliah milik para mahasiswa senior belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Buku-buku itu dianggurkan begitu saja tanpa perawatan. Mungkin ditata di dalam rak buku. Tetapi tak jarang pula hanya ditumpuk begitu saja di dalam kardus. Padahal, banyak mahasiswa lain di luar sana yang bisa memanfaatkannya. Jika hal itu dikorelasikan dengan jumlah lulusan mahasiswa yang setiap tahunnya berjumlah ribuan mahasiswa dan jika dimisalkan setiap mahasiswa tersebut rata – rata memiliki satu buku maka bisa dipastikan bahwa jumlah buku yang tidak dimanfaatkan secara optimal itu jumlahnya sangat banyak sekali.
Berangkat dari realitas itulah, tercetuskan sebuah solusi dalam benak penulis dengan menyalurkan buku-buku bekas dari mahasiswa senior kepada mahasiswa juniornya yang membutuhkan. Dengan demikian, akan terjadi transfer ilmu pengetahuan diantara mahasiswa sendiri melalui pendistribusian buku-buku bekas sehingga dapat turut mencerdaskan sumber daya bangsa.
Namun demikian, ketersediaan buku-buku tersebut belum memenuhi kebutuhan. Perpustakaan kampus hanya mempunyai sebagian dari buku-buku yang diperlukan oleh para mahasiswa, itu pun dalam jumlah yang sangat terbatas. Akibatnya, mahasiswa kesulitan menemukan bahan referensi untuk menunjang kegiatan pembelajaran mereka.
Mahasiswa juga mengalami kesulitan untuk memiliki buku-buku kuliah secara pribadi. Hal itu terkendala pada pendanaan. Dengan uang saku yang pas-pasan, para mahasiswa dihadapkan pada kebutuhan untuk membeli buku-buku kuliah yang harganya semakin melambung tinggi. Bayangkan, satu buku harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah!
Oleh karena itulah, para mahasiswa akhirnya mengopi buku-buku tersebut demi memenuhi kebutuhan mereka tanpa mengeluarkan banyak uang. Mereka tidak mengindahkan peringatan dari penerbit yang melarang pihak mana pun memperbanyak ataupun memfotokopi sebagian atau keseluruhan isi buku tersebut. Tampaknya hal itu telah menjadi kebiasaan mahasiswa di manapun juga. Para dosen pun hanya bisa memaklumi. Para penulis dan penerbit tidak bisa berbuat banyak ketika hak ciptanya dilanggar.
Di lain pihak, buku-buku kuliah milik para mahasiswa senior belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Buku-buku itu dianggurkan begitu saja tanpa perawatan. Mungkin ditata di dalam rak buku. Tetapi tak jarang pula hanya ditumpuk begitu saja di dalam kardus. Padahal, banyak mahasiswa lain di luar sana yang bisa memanfaatkannya. Jika hal itu dikorelasikan dengan jumlah lulusan mahasiswa yang setiap tahunnya berjumlah ribuan mahasiswa dan jika dimisalkan setiap mahasiswa tersebut rata – rata memiliki satu buku maka bisa dipastikan bahwa jumlah buku yang tidak dimanfaatkan secara optimal itu jumlahnya sangat banyak sekali.
Berangkat dari realitas itulah, tercetuskan sebuah solusi dalam benak penulis dengan menyalurkan buku-buku bekas dari mahasiswa senior kepada mahasiswa juniornya yang membutuhkan. Dengan demikian, akan terjadi transfer ilmu pengetahuan diantara mahasiswa sendiri melalui pendistribusian buku-buku bekas sehingga dapat turut mencerdaskan sumber daya bangsa.
setuju bgt mas.....dimulai dari sipil dulu aja mas....dibuka perpus yg menampung buku" dari alumni yg sudah tak terpakai gitu aja mas.......
ReplyDeletenah... coba kamu bikin sama temen2 HMS... insya Alloh senior2 mau berbagi kok....
ReplyDeleteJaka Sembung naik ojek
ReplyDeleteJudulnya gak nyambung Zak....
hehehe... secara implisit memang gak nyambung tapi secara eksplisit baru kena hehehe...
ReplyDeleteloh kok blognya belum di isi pah?
coba dech judul'a di ganti, "Manfaat Buku Lama bagi Mahasiswa" kaya'a lebih cocok.. ga usah nyinggung Toko buku, jadi kan enak klo di baca.
ReplyDeletebuku lama emang penting banget buat mahasiswa untuk nyari informasi, atau ilmu2 yg dibutuhin saat skripsi..
ReplyDeleteapa lagi klo ada skripsi2 lama yang bisa di baca :D
@izal Judul merupakan kata kunci yang utama ketika orang ingin membca blog kita, dan masalah tersinggung ato tidak insya Alloh tidak karena saya tidak menjelaskan keburukan gramedia, tetapi malah solusinya...hehe
ReplyDelete@jimmy63 bener...setuju
terima kasih sudah mampir
kalo di stan li, buku2 senior pasti di wariskan ke juniornya,,
ReplyDeleteya temen sekosnya lah, ato temen sedaerahnya,,
makanya terkenal 'buku warisan',,
Kok nggak ada korelasi antara judul dan isi ya?? hehe...
ReplyDeletehttp://masfu35.blogspot.com/2011/12/siswa-putus-sekolah-ngutil-buku.html
hmm ide yang bagus kaka. terimakasi yak saya jadi terinspirasi untuk membuat program kampus "buku warisan" hehe :D
ReplyDeletesip... yang penting kita mulai dari diri sendiri dulu
Delete